OLBY GIGS: Satu Malam untuk Cinta yang Tak Pernah Padam

by - November 14, 2025



Olby Gigs, 14 November 2025

Keberanian tidak selalu bersuara lantang. Dia juga bisa ditunjukkan dengan suara merdu, atau bahkan dengan sikap diam asal tetap dapat mempertahankan integritas. Malam ini, di antara cuaca yang tak menentu, dengan hujan yang turun berselang-seling, anak-anak muda di Sudut Kalisat tetap menunjukkan keberaniannya dengan suara merdu. Dalam gigs kali ini mereka mengusung frasa singkat yang mudah diingat, yaitu, "Satu malam untuk cinta yang tak pernah padam." 

Gigs malam ini telah dicita-citakan sejak minggu terakhir bulan Oktober lalu, sebagaimana telah saya tulis di catatan Asal Usul Terjadinya Olby Gigs

Pertunjukan musik skala kecil ala gigs memang ditujukan untuk bentuk ekspresi diri dan sebagai katup pelepas agar kegelisahan, rindu, lara, kasmaran, dan hari-hari penuh tekanan dapat memiliki wadah. Gigs berfungsi seperti selokan belakang, menyalurkan aliran air agar tidak terjadi banjir dan genangan. 

Konsep bikin panggung seni sendiri dan ditonton oleh orang-orang terdekat adalah sebuah perjuangan kecil. Lekat dengan etika 'Do It Yourself.' Memulai sendiri apa yang bisa dilakukan untuk sebuah perubahan.

Di Kalisat dan di banyak tempat, DIY telah menjadi nama toko, dan orang-orang mengejanya dengan di ai way. Ia bukan lagi tentang sebuah etika, namun telah berubah menjadi sebuah brand. Merek toko. Bisa saja terjadi, orang menjadi lupa akan konsep macam anti kemapanan. Bila segalanya telah diadopsi oleh pasar dan menjadi mainstream, tafsir tentang anti kemapanan boleh jadi akan berubah menjadi tidak boleh mapan. Tak olle sogi. Pesan anti kemapanan seperti harus selalu merasa kurang, tetap memelihara hasrat ingin tahu pada ilmu pengetahuan, tidak boleh mengalami kemandegan berpikir karena merasa telah cerdas, merasa pemikirannya telah penuh dan tak bisa diisi lagi oleh ilmu pengetahuan lainnya, itu semua akan dilupakan. 

Ketika hari ini dan kelak konsep anti kemapanan telah dipahami sebagai tidak boleh kaya dan sebaiknya memiliki gaya hidup gembel, tidur di jalan, eker-eker cari makan di tempat sampah seperti dalam film 'Punk in Love' yang dirilis pada 2009 itu, maka betapa menyebalkannya hidup ini. Di hari-hari yang eneg seperti itulah kita butuh katup pelepas seperti gigs, pameran, majelis kecil namun berjejaring, dan kembali belajar pada pasar tradisional. 

Olby Gigs dirancang menjadi peristiwa 'Satu malam untuk cinta yang tak pernah padam.' Di antara deretan musisi indie, masih ada Gandrung Machine

Keberanian tidak selalu bersuara lantang. Ia bisa juga tampil dengan suara lirih dan merdu, seperti suara Karina Putri Yuni Kuswanto yang akan duet bersama Muhammad Iqbal. Karin dan Iqbal mengingatkan generasi oldies pada Franky & Jane alias Franky Hubert Sahilatua dan Jean Mauren Sahilatua.

Karin dan Iqbal, Notre Bel Enfa dan Faire De La Vie, Kahlo, Selokan Belakang, Grey Castle, Gandrung Machine-nya Amanda Olivia Zalianti, kehadiran mereka dalam gigs rupanya tak semata-mata mempersembahkan cinta kepada mereka yang sedang merayakan hari lahirnya di bulan November, hari jadi, seratus hari jadian antara Oliv dan Alby, hari lahir Novia Suryandari, Ipang, Uyes Sarka Space Bondowoso, dan Lora Ahmad Badrus Sholihin yang terjadi di hari ini, 14 November 2025, bukan hanya itu. Mereka sedang menyampaikan pesan bahwa perang belum usai. Urusan geopolitik semakin memanas. Dunia butuh disentuh oleh cinta. Maka dari itu Sudut Kalisat juga merasa perlu mengawetkan Olby Gigs dalam bentuk zine berwarna. Semua isi artikel dalam zine tersebut tak jauh-jauh dari 'Satu malam untuk cinta yang tak pernah padam.' 

Di balik pesan cinta Olby Gigs, ada Karin, Resti dan kawan-kawan yang sibuk mengelola iuran tigaribuan dan iuran bahan-bahan dapur, hanya agar kami bisa menikmati musik dan gandrung dengan riang. Di antara waktu itu, kami berharap dapat mengalami perjumpaan sembari doa bersama, bercakap-cakap, saling kenal-mengenal, dan disatukan secara egalitarian dengan makan bersama 

Lestari! 

TAMASJA NET

0 comments