Catatan Lebih Awet daripada Kenangan

by - November 17, 2025



Foto tahun 2005

Catatan lebih awet daripada kenangan. Semoga begitu juga dengan foto di atas, meskipun ia diabadikan dengan kamera ponsel beresolusi dua megapixel. Kamera ponsel tercanggih di zamannya. Ketika itu belum ada tamasya band. Saya masih menyanyikan lagu-lagu ciptaan sendiri, seperti lagu berjudul lestari, catherine, lagu untukmu, setidaknya, antarkan aku, juga lainnya. Dua tahun kemudian barulah lagu-lagu tersebut separuhnya diabadikan di album perdana tamasya band. Berisi duabelas lagu, satu di antaranya berjudul 'duniaku.' Mulanya ia bercerita tentang gumuk. Namun entah mengapa ketika proses recording saya mengganti kata gumuk dengan duniaku. Bahkan oleh Mungki kata yang baru tersemat itu dijadikan judul lagu. 

Ku ingin gumuk berubah tak lagi tak indah
Ingin hidup dan kehidupanku lebih berarti 


Dan seterusnya.

Saya kira, saya tak cocok dengan diksi gumuk. Rasanya lidah ini tak nyaman ketika mengeja lirik gumuk. Mungkin itu alasannya. Entahlah.

Namun lagu 'duniaku' pernah berhasil mengantarkan tamasya band menjadi juara satu A Mild Live Wanted se eks-Karesidenan Besuki. Jika tidak keliru prosesnya sejak bulan Desember 2007. Di final tingkat regional Jawa Timur, kami tampil lagi di lapangan Tambaksari Surabaya pada Februari 2008. Masih dengan tiga lagu; setidaknya, lagu kita, dan duniaku. Jika teringat saat itu, kudu ngguyu. Beberapa teman ngopi di jalanan menyebut saya melacur pada mayor label dan menjadi skrup kapital. Ya, mereka benar, dan saya butuh njajal bagaimana rasanya. Tapi itu dulu, masa ketika skena warung kopi masih diisi oleh perdebatan mayor label versus indie label, dan ketika hampir seluruh studio musik pasang stiker 'No Punk No Underground.' Khawatir bass drum dan simbalnya jebol mungkin ya. Kini sepertinya tak seperti itu. 

Sebenarnya pada 2005 saya tak tahu apa-apa tentang gumuk. Barangkali ia hanya keresahan di usia muda saja. Lalu jadilah lagu, meskipun anulir. 



Foto tahun 2009


Di medio 2005 - 2009 Zuhana AZ masih menjadi jurnalis untuk surat kabar Duta Masyarakat. Foto di atas adalah ketika saya antar Hana liputan tentang gumuk di Pakusari. Orang sering tak percaya bila Hana jurnalis. Apalagi pejabat. Pasalnya, bila masih di lingkungan Jember kota, Hana suka pakai sepeda BMX saya, Catherine namanya. Saifullah Yusuf alias Gus Ipul bahkan tanya langsung ke Hana, ketika dirinya ada kunjungan ke Jember.

Sering antar Hana liputan, kadang-kadang ke lokasi tambang gumuk, bikin saya lebih mengerti gumuk dari sudut pandang jurnalistik. Hana lahir dan tumbuh besar di Tuban, dia punya pandangan-pandangan yang berbeda tentang gumuk. Saya yang tumbuh bersama gumuk menjadi lebih kaya perspektif, lebih mengenal identitas Jember itu justru karena ada banyak sudut pandang. 


Semalam di ruang ingatan saya terlibat perbincangan dengan Mas Krisna Kurniawan dan Mas Nur Riyono alias Mas Yon. Tiba-tiba saja kami bicara tentang gumuk, sampai pukul satu dini hari. 

Mas Yon tanya, "Terus sopo sing pertama memunculkan teori bahwa gumuk cuma ada di tiga tempat di dunia?"

Saya bilang, lupa. Saya hanya menjawab sekenanya. Mungkin ini mungkin itu. Manakala saya telah pulang ke rumah dan membuka catatan, saya baru sadar pernah turut mempopulerkan pandangan dari Ir. Sutrisno M.S itu. Berikut skrinsut catatan saya sendiri di tahun 2010, di blog personal acacicu


Catatan di blog acacicu, 17 September 2010 


Catatan lebih awet daripada kenangan. Saya ingat, meskipun catatan berjudul 'Gumuk, Ciri Khas Kota Jember' tersebut hanya berupa catatan pendek, ia dijadikan rujukan oleh keluarga tamasya band, sebagai pemantik bahan ngobrol di warung kopi, di kantin, juga di saat-saat bersama lewati malam. Dan itu terjadi ketika para gen-z seperti Karin, Sherin, Syahrin masih sekira enam tahun. Kini giliran mereka yang belajar tentang gumuk. Semoga tak terpenjara di urusan 'hanya ada di tiga tempat di dunia' saja. Mereka butuh bebas memaknai gumuk sebagai apa, lalu bebas mempertimbangkan harus bagaimana. 

Memang, catatan lebih awet daripada kenangan. Tapi ia butuh tafsir. Perkara gumuk bukanlah tentang siapa yang lebih dahulu meneliti, mencatat, dan atau menyuarakannya. Saya pun membaca catatan generasi di atas saya. 

Itulah mengapa saya berharap proses 'Angin kan membawamu pulang' dapat membebaskan dan menawarkan hipotesis-hipotesis baru. Tapi, semoga saja mereka berkenan mencatat proses-prosesnya, sebab catatan lebih awet dari kenangan. 

TAMASJA NET

0 comments