Jember die Stadt der tausend Hügel
Peta Raung di sekitar 1902 - 1908
Neumann van Padang adalah peneliti pertama yang menyebut Jember sebagai kota seribu gumuk. Ia mengukir itu dalam bukunya yang terbit tahun 1939, berjudul, Über die vielen tausend Hügel im westlichen Vorlande des Raoeng-Vulkans (Ostjava). Buku berbahasa Jerman itu kira-kira artinya adalah 'Melintasi ribuan bukit di kaki barat gunung berapi Raung Jawa Timur.' Itulah sanad yang dipakai oleh Jember dalam urusan city branding. Jember die Stadt der tausend Hügel. Jember kota seribu gumuk.
Foto ilustrasi.
Sedangkan peta geologi di atas, dia saya jumpai di sebuah buku. Landverkenningen behoorende bij deel I-V van den Zeemansgids voor den Oost-Indischen Archipel - Bagian III 1902- 1908 Memang, di antara tahun 1912 - 1914 banyak diterbitkanlah buku-buku eksplorasi daratan, di antaranya diterbitkan oleh Kementerian Angkatan Laut di Departemen Hidrografi Kerajaan Belanda.
Penting memahami lanskap sebuah wilayah melalui pendekatan kartografi atau pemetaan. Setidaknya itulah yang kolektif Sudut Kalisat lakukan selama tiga tahun terakhir, melalui proses panjang tiga pameran; Batuan Berkisah, Dara Memeta Kota, dan Lanskap Bercakap.
Peta Valentijn 1726
Jika memperhatikan peta karya Francois Valentijn di tahun 1726, berjudul, S. Sevende bestek 'T Vorstendom of Landschap Balamboang, sesungguhnya sang kartograf sudah menggambarkan gugusan gunung-gunung di ujung timur Jawa itu, di antaranya Raung. Meskipun tidak dilabeli secara jelas, namun peta tersebut cukup membantu kita dalam mengimajinasikan situasi Jember pada 300 tahun lalu. Apa yang oleh Valentijn hanya dilabeli 'Den Berg van Balamboang' alias Gunung Balamboang, di sana seharusnya bertaburan hügel. Gumuk. Hummock. Lekukan-lekukan dan kerucut seperti topi petani Jawa, hasil dari longsoran raksasan Gunung Gadung di sisi barat Raung yang menciptakan debris avalanche.
Peristiwa longsoran raksasa vulkanik itu diperkirakan terjadi pada kurang lebih 50 SM. Masih sangat muda bila dihitung dari waktu geologi, tak sampai 2100 tahun lalu. Tidak bisa dibandingkan dengan gugusan gunung dan hutan purba Meru Betiri yang secara hipotesis, ia dianggap Ibu dari gunung-gunung 'baru' di Jawa Timur bagian timur.
Peristiwa longsoran raksasa itu tak hanya membawa batu andesit besar di halaman rumah Lik Jumali di kampung Lorstkal, melainkan juga lahar beku di desa Jambearum kecamatan Sumberjambe, Jember. Peristiwa fenomenal itu terbilang baru di ilmu geologi.
Ada banyak hal yang dibawa longsoran raksasa gunung purba di sebelah Raung yang sekarang. Semua mengarah ke lembah yang diapit dan dikepung oleh gunung dan lautan, yaitu lanskap Jember. Terbanyak adalah material yang menciptakan seribu gumuk, seribu hummock, tausend hügel bila dalam bahasa Jerman.
Jember kaya slogan, mulai dari kota santri, kota suwar-suwir, kota pendidikan, kota karnaval, hingga kota pendhalungan. Semua itu ada campur tangan politik, top down, sebagai upaya city branding. Namun hanya ada satu sebutan yang muncul dengan sendirinya sejak periode akhir Noto Hadinegoro, alami, mencungul berdasarkan kondisi alam, lalu pada 1980an direspon baik oleh media massa. Dialah sebutan dari akar rumput, Jember Kota Seribu Gumuk.
Jember, die Stadt der tausend Hügel.
Begitulah sebutan itu muncul. Sejak mula, ia bukan sebuah slogan resmi yang ditetapkan pada tanggal atau tahun tertentu melalui peraturan pemerintah kabupaten Jember.


0 comments