Kerja Sama Sudut Kalisat dengan PT KAI DAOP 9 Jember
Foto bersama Kadaop 9 Jember dan jajarannya, juga bersama Ketua SPKA DAOP 9 Jember. Senin Pon, 30 Juni 2025
UTAS viral terkait tumbler membuat khalayak menaruh simpati mendalam terhadap seorang petugas PT. Kereta Api Indonesia. Berita itulah yang berseliweran di media sosial dalam tiga hari terakhir. Saya dan Zuhana AZ yang tinggal di Kalisat, Jember, jadi teringat masa-masa ketika kami banyak melakukan diskusi bersama pihak Daerah Operasi Kereta Api (DAOP) 9 Jember, terutama di rentang waktu Juni - Agustus 2025. Kami punya pengalaman yang baik dengan mereka.
Komunikasi dengan pihak PT. KAI bermula ketika proposal teman-teman koletif Sudut Kalisat terkait rencana mural di utara stasiun Kalisat direspon baik oleh mereka. Proposal itu masuk di bulan Mei, dan pada 10 Juni 2025 ketua Serikat Pekerja Kereta Api (SPKA) wilayah Daop 9, Ferry Eko Pramono, S.H., ia datang ke ruang ingatan, rumah bagi kolektif Sudut Kalisat. Mas Ferry tidak datang sendirian, melainkan bersama tiga Bapak-bapak muda. Semuanya adalah karyawan kereta api. Satu di antaranya adalah tetangga saya sendiri, yang bantu sambung komunikasi sejak awal, Mas Gian namanya. Dia seorang masinis.
Bermula dari perjumpaan di Kalisat itu, lahir perjumpaan selanjutnya, termasuk perjumpaan dengan Vice President (VP) PT KAI Daop 9 Jember, Hengky Prasetyo. Tampak dalam foto ilustrasi di atas, Vice President ada di tengah, diapit oleh saya yang mengenakan flanel merah, dan Pak Eduard sebagai karyawan paling senior dalam perjumpaan ini. Di sampingnya lagi adalah Pak Medy. Ketua serikat pekerja, Mas Ferry, dia ada paling kanan dan berseragam biru. Sayang, saya lupa nama Bapak yang paling kiri sendiri.
Saya lahir di kampung puteran dekat stasiun Jember, dan tidak terbiasa dengan istilah VP atau Vice President. Kami di Kreongan terbiasa dengan istilah lama yaitu Kadaop.
Presentasi di depan jajaran DAOP 9 Jember, 30 Juni 2025
Duapuluh hari setelah jumpa dengan Ketua SPKA wilayah Bangil hingga Banyuwangi, Ferry Eko Pramono, S.H., kami melakukan presentasi di depan Vice President Hengky Prasetyo dan jajaran penting PT. KAI Daop 9 Jember. Bertempat di ruang meeting di kantor mereka di JL. Dahlia Jember, di seberang KODIM 0824 Jember.
Di kesempatan itu, saya dan Zuhana AZ presentasi tentang apa itu acara tahunan Kalisat Tempo Dulu, bagaimana dengan gambaran umum Kalisat Tempo Dulu 10 yang ambil tema 'Lanskap Bercakap,' apa itu acara mandiri Festkal alias Festival Kampung Lorstkal, dan mengapa kami merasa perlu menambahkan mural di rangkaian acara tersebut. Pada akhirnya, permintaan kami (mewakili Yayasan Studi Arsip Sudut Kalisat) mengerucut pada dua poin saja, yaitu;
1. Minta diberi izin melakukan mural dan grafiti di tembok pembatas antara Stasiun Kalisat dengan Kampung Lorstkal di utara stasiun Kalisat, yang menghadap ke luar atau menghadap ke arah utara. Izin tersebut menjadi vital bagi kolektif Sudut Kalisat dan warga, sebab seni mural tersebut akan dilakukan di aset PT. KAI berupa tembok beton yang dibangun sejak akhir Oktober 2022 dan selesai di bulan berikutnya.
2. Minta diberi peluang untuk mempertahankan lapangan voli di utara Stasiun Kalisat agar tetap menjadi sebuah fasilitas umum. Penting bagi kami dan warga kampung untuk memiliki fasum itu, untuk dimanfaatkan sebesar-besarnya sebagai fasilitas bersama secara sosial, dan tidak untuk bisnis. Agar dapat menjamin rasa aman, apa yang harus kolektif Sudut Kalisat lakukan? Bila harus sewa per tahun, bagaimana caranya?
Dua poin itu yang kami bicarakan saat itu.
Tentu, pada akhirnya happy ending. Akad dilakukan secara non tertulis sebab tiba-tiba pihak Daop 9 Jember dirundung masalah di kabupaten Jember, terkait jalan di perlintasan kereta api Pecoro,Rambipuji, Jember. Anda mungkin masih ingat berita viral tertanggal 7 Juli 2025 ketika Bupati Jember Muhammad Fawait marah-marah di lokasi perlintasan kereta api itu dan menuntut pihak kereta api untuk sesegera mungkin urus penanganan perlintasan rel yang dianggap membahayakan keselamatan publik.
Momen antara hari ketika kami presentasi dengan ledakan kemarahan Bupati Jember itu hanya berjarak satu minggu. Pak Cahyo Widiantoro selaku manager hukum dan humas DAOP 9 Jember tiba-tiba harus fokus di urusan yang jauh lebih penting dan genting.
Kami baru bisa jumpa dengan Bapak Cahyo Widiantoro pada pertengahan Agustus, seperti tampak pada foto di bawah ini.
Perjumpaan dengan Manager Hukum dan Humas DAOP 9 Jember, Cahyo Widiantoro. Selasa Pon, 19 Agustus 2025
Dalam foto itu, paling kiri adalah Gian, masinis muda dan Bapak dari dua anak. Dia juga tetangga saya di kampung Lorstkal, Kalisat. Di sebelah Mas Gian ada karyawan PT. KAI Jember yang sempat viral pada 7 Juli 2025. Rupanya dia adalah pribadi yang jenaka. Baru kemudian adalah Pak Cahyo, manager hukum dan humas. Laki-laki di yang diapit oleh Zuhana AZ dan ketua Serikat Pekerja Kereta Api Ferry Eko Pramono, S.H., beliau juga tetangga kami. Bapak Kamtono namanya. Rumahnya di Jalan Bromo, Kalisat, sebelah barat stasiun.
Sebagian acara sudah berjalan, mulai dari Festival Kampung Lorstkal (Festkal 2025) hingga Kalisat Tempo Dulu 10 Lanskap Bercakap. Kebutuhan atas izin untuk mural tentu mendesak.
Satu minggu setelah perjumpaan itu, tepatnya pada 26 Agustus 2025 pukul 15.04 WIB, saya menerima pesan terusan dari Mas Gian.
"Ada pesan dari Bapak. Sampaikan ke Mas Hakim, untuk mural lanjut aja. Karena VP lagi banyak kegiatan perubahan direksi dan back up dari manager hukum sudah aman."
Dengan modal pesan teks itulah mural di kampung kami berjalan. Kami juga bikin karnaval mandiri yang hanya diikuti oleh warga kampung, dengan garis start ada di seberang Kantor Pos Kalisat hingga melewati depan Stasiun Kalisat. Hal-hal lain yang belum dituntaskan secara surat-menyurat, akan dilanjutkan oleh Yayasan Studi Arsip Sudut Kalisat melalui komunikasi-komunikasi selanjutnya.
Terima kasih keluarga besar PT. KAI DAOP 9 Jember.



0 comments