Egalitarian

by - November 09, 2025



Mapala Egalitarian Universitas Islam Jember, 9 November 2025

SEMUA orang tentu memiliki pendapat yang berbeda bila ditanya seperti apa tulisan yang baik itu. Tapi saya percaya, tulisan yang buruk adalah ketika kita menyampaikan hal-hal sederhana dengan berbelit-belit. Maka kepada para peserta kelas jurnalistik lingkungan, saya menyarankan untuk menjelaskan secara sederhana terkait tema apa saja yang sedang direncanakan untuk ditulis. Sederhana, gamblang, padat bila perlu, dan mudah dicerna semua kalangan. Tidak rumit. 

Zuhana AZ menambahkan, "Menulis itu sama kayak ngomong."

Menulis menggunakan teks. Kita jadi punya waktu untuk menjadi penulis sekaligus editor, penyelaras aksara, dan segala hal yang dibutuhkan sebelum tulisan itu tayang. Dibandingkan dengan berbicara, ada unsur kehati-hatian yang lebih ketat dalam menulis. Ia juga menuntut etika dan perilaku etis dari hati nurani kita sendiri.

Teks tidak semenakutkan itu. Teks justru dapat mengabadikan sebuah pemikiran, hingga ia menjumpai pembacanya. Teks yang berisi pemikiran berbobot akan dapat memberi pengaruh kepada khalayak pembaca, dapat pula menggerakkan massa. Selama kita tahu, mengerti dan memahami sebuah masalah yang sedang kita tulis, teks tak beda dengan orang bicara. Sebab teks berisi pemikiran penulis.



Zuhana AZ membantu memberi materi tentang jurnalisme lingkungan

Saya diundang oleh Mapala Egalitarian. Organisasi pencinta alam ini ada di bawah naungan Universitas Islam Jember, sebuah 'pondok pesantren modern' yang digagas dan dicita-citakan dengan mulia dan penuh hormat. Ia berdiri sejak 1984. Para pendirinya yang tergabung dalam Yayasan Pendidikan Nahdlatul Ulama Jember, mereka seperti sedang mengamalkan surat Al-Mujadalah ayat 11. Universitas Islam Jember juga tentang perjuangan Alm. KH. Dhofir Salam bin H. Abdus Salam dalam mewarnai pendidikan di kota Jember. Kampus ini punya nilai sejarah yang bermartabat. Maka kami merasa butuh menambahkan bab tabayyun pada materi jurnalisme lingkungan kali ini. Tabayyun di sini lebih ditafsir sebagai verifikasi. 

Tabayyun penting sebagai counter informasi yang datang dari seorang fasik, sebagaimana tertulis dalam surat Al-Hujarat ayat 6. Pada bagian ini, Zuhana membantu saya menjelaskan teori jurnalistik lingkungan dan betapa penting mengenal konsep tabayyun. 

Saya diberi waktu tiga jam penuh dalam menyampaikan materi, sedari pukul delapan pagi.

Kami berangkat dari Kalisat naik motor Supra X 125 keluaran tahun 2012. Ketika saya dan Zuhana berangkat, Kalisat sedang hujan. Syukurlah di ruang ingatan ada 'Aina. Dia meminjamkan jas hujannya. Dalam perjalanan pulang dari Universitas Islam Jember di Kaliwates Kidul ke Kalisat, kami pun berteman hujan. 



Saya dan Zuhana diapit oleh ketua umum Mapala Egalitarian, ketua panitia Diklatsar 2025, dan sembilan calon anggota Mapala Egalitarian Universitas Islam Jember

Rupanya dua dari sembilan calon anggota Egalitarian, mereka dari kecamatan Kalisat. Ada Wafi dari desa Glagahwero, ada juga Hikmah dari desa Sumberkalong. Lainnya ada yang dari desa Harjomulyo dan Karangharjo di kecamatan Silo. Ada yang dari kecamatan Bangsalsari, yaitu dari desa Badean, Tugusari, dan Gambirono. Ada yang dari Sumbersari. Ada juga yang berasal dari desa Andongsari, Ambulu. 

Terima kasih Egalitarian. Semoga keseharian, prinsip hidup dan semangat juang yang kalian cita-citakan seirama dengan namamu. Egal. Kiranya, egalitarianisme secara alami pastilah menentang segala bentuk kekerasan yang tidak perlu, termasuk kekerasan seksual tentunya. Egaliter punya makna yang mendalam, berbobot serupa hablum minallah hablum minannas hablum minal 'alam. 

Lestari! 

TAMASJA NET

0 comments