Drummer dari Balung
Haqi, drummer dari Balung
"Saya suka drum, mungkin karena kakak saya juga seorang drummer."
Zaky Sa'addudin Wajdi, tepat di atas Haqi, dia suka drum. Teman-temannya memanggil Zaky dengan sebutan Bagong. Haqi juga. Meski demikian, Haqi tak belajar drum dari Bagong. Dia belajar sendiri.
Haqi empat bersaudara. Kakak nomor satu bernama Gias Nashich Fahmi, nomor dua Gilang Ulul Azmi, baru Zaky, lalu Haqi sebagai si bungsu. Haqi mengaku, tiga kakak lelakinya punya pengaruh dalam setiap langkah hidupnya. Zaky mempengaruhinya di bidang musik. Kini Zaky Bagong mengelola sebuah cafe di Balung, Cafe 61. Nama itu diambilkan dari kode pos di desa tersebut, 68161. Haqi suka membantu kakak ketiganya itu urus foto dan video cafe untuk kebutuhan media sosial.
Bila urusan pola hidup sederhana, Haqi berkiblat pada kakak sulungnya, Gias.
"Iso urip soro."
Sedangkan pada kakak kedua dia meniru cara merespon orang.
"Dulu sempat dimarahi. Ojok ngono nek nang wong liyo. Mas Gilang adalah patron saya ketika dulu saya dipercaya menjabat ketua umum Dewan Kesenian Kampus."
Orang yang mengenal Haqi pasti tahu bila dia adalah sosok drummer yang grapyak. Di atas panggung boleh jadi Haqi terlihat gagah dan serius. Tapi ketika turun panggung, senyumnya kembali menghias di wajahnya. Dia tipe gen-z yang ceria, santai, dan malas turut campur urusan orang. Barangkali pesona itu juga yang dulu dijadikan andalan Haqi untuk memikat hati Westi Wardah Utami alias Wewen, pujaan hatinya. Haqi mengutarakan perasaannya pada Wewen pada 12 Mei, ketika Haqi duduk di bangku SMA kelas dua dan Wewen kelas satu. Mereka sama-sama sekolah di SMAN Balung. Hubungan mereka bertahan hingga hari ini.
Sejak TK hingga kuliah Haqi habiskan di Jember. Dia menjalani Taman Kanak-kanak di TK Sunan Bonang dan sekolah dasar di SDN Balung Lor 4. Kuliahnya ambil jurusan PSTF, Program Studi Televisi dan Film, di FIB Universitas Jember. Kini lelaki berkacamata minus tiga kiri kanan ini sudah semester sebelas, sudah proses tugas akhir. Dia bikin film, judulnya, Ba'da Isya Rindu Tak Kunjung Datang.
Muhammad Iqbal, vokalis Haqi di Selokan Belakang Band, ia bikinkan Haqi lagu untuk tugas akhirnya, berjudul Ba'da Isya. Melankolis. Saya dan Hana suka sekali lagu itu.
Adapun tentang Selokan Belakang, band indie Jember yang terdiri atas Haqi di posisi drum, Iqbal di rytm dan vokal, Bagus di gitar satu, dan Dani sebagai bassis, saya pernah menuliskan mereka untuk kebutuhan zine. Judulnya, "SELOKAN BELAKANG: Meskipun Mereka Punya Logo Band yang Buruk!"
Barusan saya bertanya ke Haqi, "Apa pendapatmu tentang artikel zine itu?" Sambil tertawa dia bilang biasa saja. Lalu pandangannya sejenak menerawang ke langit-langit Kedai WTC. Dia melanjutkan, "Tapi aku ingat, di tulisan itu Masbro mengutip kata-kata dari Mas Elmi. Katanya gaya rambut kami kurang culun, kurang mewakili musiknya. Nah itu, aku langsung semangat potong rambut gaya poni."
Bagaimana masa depan Selokan Belakang menurut Haqi sendiri?
"Dia akan menjadi teman ngopi. Soalnya Selokan Belakang itu tidak ada ekspektasi apa-apa selain bersenang-senang mengisi masa muda. Esih! Ngalir saja."
Haqi bilang ngalir saja, padahal dia tidak bisa berenang. Berkebalikan dengan Haqi, Wewen kekasihnya, dia adalah pelatih renang. Biasanya dia melatih renang di Aston.
Baru-baru ini Haqi juga menjadi drummer untuk band indie Jember. KAHLO. Semua personilnya mahasiswa Jember asal Jakarta. Hanya Haqi yang dari Balung. Sejak Haqi menjadi napas baru Kahlo, band ini tidak lagi fokus ke genre shoegaze tapi lebih memilih indie rock. Shoegaze mereka jadikan arsip. Haqi tentu suka, sebab sejak remaja lelaki muda dengan tinggi badan 163 dan punya ukuran sepatu 40 ini jatuh cinta pada Rock n Roll.
"Rock n roll itu keren. Drumnya banyak. Nggak bikin bosen."
Tentu dia mengenal rock n roll dari Zaky, kakaknya.
Itulah sekelumit kisah tentang Haqi, drummer dari kecamatan Balung, Jember. Bapaknya yang kelahiran Sumberjo di perbatasan Balung dan Wuluhan di jalur desa Glundengan, dan Ibunya yang kelahiran Balung Lor, mereka sudah pasti bangga dengan si bungsu rock n roll ini.
Teman-teman, demi kebaikan dan masa depan musik di kampus dan di kampung-kampung, yang bisa membuat otot dan syaraf kita kendur, mari kita doakan yang terbaik untuk para musisi seperti Haqi. Mereka ada dan bertumbuh, dari kecamatan Balung menuju sorak sorai dunia.
Terima kasih Haqi. Kamu mengingatkanku pada Manda Wendhy, drummer Tamasya Band asal kecamatan Balung.
Terima kasih Haqi. Kamu mengingatkanku pada Manda Wendhy, drummer Tamasya Band asal kecamatan Balung.

0 comments