Cerita Keseharian di Ruang Ingatan

by - November 04, 2025



Di Pelataran Ruang Ingatan - Sudut Kalisat 


ADA sebuah rumah di utara stasiun Kalisat yang oleh para penghuninya diberi nama ruang ingatan. Rumah itu ada di pelukan warga kampung Lorstkal. Warga pun tahu nama ruang ingatan, namun mereka lebih suka menyebut ruang ingatan sebagai RI. Sapaan-sapaan keseharian kira-kira menjadi seperti berikut ini.

"Ada siapa saja di RI?" 

"Kemarin aku ke RI. Pintu depan tutupan. Teman-teman kolektif Sudut Kalisat ke mana saja?"

Ruang ingatan memang nama rumah. Dia terdiri atas ruang parkir, ruang tamu yang besar yang lebih tepat disebut aula, dua kamar, satu musala, dua kamar mandi namun hanya satu yang berfungsi, dapur, ruang terbuka di sudut belakang, serta sebuah garasi di sudut barat yang dijadikan gudang alat-alat. 

Sebelum lupa, saya ceritakan dulu tentang foto di atas. Foto yang saya sertakan itu adalah ketika kami hendak melakukan perjalanan ke dusun Sukamade di dalam areal Taman Nasional Meru Betiri. Diabadikan pada 29 September 2025. 

Di Pulau Jawa, tak ada tradisi memberi nama hunian. Namun para pelaut Jawa sudah mengenal pemberian nama pada perahu dan kapal milik mereka. Rumah di Jawa yang diberi nama hanyalah ruko alias rumah toko, warung kopi, dan rumah yang dijadikan ruang usaha. Jika hanya untuk hunian keluarga, tidak lazim menyematkan nama pada rumah itu. Biasanya hanya bikin papan nama kecil untuk nama kepala rumah tangga. Itulah mengapa tak mudah mengenalkan 'ruang ingatan' sebagai nama rumah bagi kolektif Sudut Kalisat. 

Ruang ingatan bersebelahan dengan rumah kami, hanya berbatas tembok saja. Sebenarnya ia satu hunian. Dirombak ketika rumah ini ditinggali oleh keluarga Ibu Warto. Dulu suaminya adalah Kepala Stasiun Kalisat. Saya dan Zuhana AZ menempati rumah aset PT. Kereta Api Indonesia ini sejak 23 Maret 2016 hingga sekarang. Wew! Gara-gara bikin artikel ini saya jadi ingat, tak lama lagi urusan gono-gini biaya kontrak rumah akan jatuh tempo. Selanjutnya, pada 2018 barulah kami kontrak juga rumah di sebelah, yang kemudian menjadi ruang ingatan. Meskipun mulanya satu hunian, teman-teman kolektif Sudut Kalisat sudah mengerti mana hak kolektif mana pula yang hak rumah tangga milik saya dan Zuhana AZ. Satu-satunya pintu yang menghubungkan rumah kami dengan ruang ingatan saya tutup permanen. Selain kamar mandi, saya pisahkan pula meteran listrik, tandon air, dapur, dan beberapa lagi. Saya kira ini penting agar teman-teman kolektif dapat belajar urus tanggung jawab. Satu saja pesan saya untuk mereka, yaitu, semisal harus rewel, sebaiknya mereka rewel kepada kami saja dan tidak kepada pihak lain. 

Kali pertama tinggal di kecamatan Kalisat, 20 April 2015, saya dan Hana tinggal di desa Ajung. Kami tinggal selama sebelas bulan di sana. Sungguh kenangan berumah tangga yang layak untuk kami simpan di dalam hati. Indah dan mesra. Sampai hari ini, sekali waktu kami silaturahmi ke kampung Lima, nama kampung kami di desa Ajung. 

Bermula dari kampung Lima lalu pindah ke kampung Lorstkal. 

Hari-hari ketika ruang ingatan belum ada, teman-teman muda Sudut Kalisat memilih berbincang dan berproses di ruang tamu rumah kontrakan kami, bahkan kadang turut ndusel di dapur. Itu terjadi sejak di kampung Lima. Mereka berbincang, merencanakan sesuatu, bikin majelis kecil, latihan menari, melukis, membicarakan hasil jalan-jalan mereka di hari itu, atau sering pula hanya berkumpul saja tanpa melakukan apa-apa. 

Bila harus mengenang hari-hari pertama tinggal di Kalisat dan berteman dengan mereka, saya merasa bangga. Entah sampai di titik mana kolektif Sudut Kalisat nanti, melihat mereka masih berproses hingga sekarang saja sudah bikin saya turut bahagia. Dulu saya dan Zuhana Anibuddin Zuhro memutuskan tinggal di Kalisat hanya karena ingin tinggal saja. Ingin berkehidupan. Ingin seperti orang-orang pada umumnya. Memiliki rumah meskipun kontrak, menulis, belanja ke pasar, sesekali bertetangga, menerima tamu, memelihara ayam, punya kolam ikan meskipun kecil, ikut pengajian, menjadi bagian dari kifayah rukun kematian, membayar iuran sampah, kerja bakti, tamasja ke desa sebelah, sekali waktu melakukan perjalanan jauh, ikut ronda di waktu-waktu tertentu, mengunjungi yang sakit, dan hal-hal sederhana lainnya. Tak pernah terpikir oleh kami bahwa saya dan Zuhana akan menjadi bagian dari sebuah kolektif bernuansa seni, sejarah dan lingkungan seperti Sudut Kalisat. 

Hari sudah malam ketika saya menulis artikel ini. Sudah pukul 22.40 WIB. Belum lagi selesai. Mungkin karena nyambi nyandhak yang lain. Baru saja, saya membuka akun Instagram. Saya mengganti username untuk IG jemberbangget menjadi tamasjadara. Tidak ada alasan khusus, hanya agar selaras dengan nama blog tamasja saja. Mungkin begitu. Saya ingin selesaikan artikel ini hari ini juga, ketika kalender masih menunjukkan tanggal 4 November 2025. Saya tahu, bisa saja artikel blog kita jadwal melalui cPanel. Sayangnya saya sedang tidak ingin melakukannya. 

Malam ini ruang ingatan lumayan ramai. Dani, bassist Selokan Belakang asal Lumajang, dia baru datang ke ruang ingatan kemarin. Ada yang baru dari Dani, kini dia punya ponsel baru, Iphone XR. Karina sudah datang, malam ini. Dia heboh sebab kehilangan sebungkus toppas. Sherin Fardarisa sejak tadi terlihat asyik main game melalui tab miliknya. Mas Nur Riyono fokus selesaikan lukisannya. Hamdan Tamimi bantu bikin camilan di dapur, untuk Qorry Aina Damayanti, Zuhana AZ, dan Mega Silvia. 

Mega, jurnalis kompas dotcom yang asli Lamongan, dia ini manten anyar. Baru melangsungkan akad nikah pada 10 Oktober lalu. Suaminya berasal dari kecamatan Ledokombo. Wajar bila teman-teman kolektif suka menggodanya. Maklum, pengantin baru.

Qorry Aina Damayanti merasa butuh menginap di ruang ingatan malam ini. Dia dan Zuhana AZ sedang bikin laporan keuangan untuk Dana Indonesiana. Muhammad Iqbal tidak hadir di ruang ingatan malam ini, mungkin sedang sibuk. Saya kira, semisal Aina membutuhkannya untuk urusan kelengkapan laporan, toh dia bisa komunikasi melalui WhatSapp. Di rangkaian acara Lanskap Bercakap yang panjang itu, Iqbal punya posisi penting sebagai Direktur Program. Sampai detik ini, laporan-laporan tertulisnya berjalan baik. 

Antara Zuhana AZ, Qorry Aina Damayanti, dan Mega Silvia, mereka bertiga juga menyempatkan diri berbincang di ruang ingatan tentang program AJI Jember bagian Divisi Gender. 

Aldi juga tidak ke ruang ingatan, dia sedang menemani mamanya yang sakit. 

Saya perhatikan dari tahun ke tahun, orang-orang yang berproses di Sudut Kalisat, baik yang suka berkumpul di ruang ingatan maupun tidak, kadang mereka datang silih berganti. Semakin tahun, ada banyak teman luar kota yang sekolah maupun bekerja di Jember, mereka pun turut berproses di Kalisat. Dengan karakter yang berbeda-beda, mereka berkumpul di satu ruang. Berproses. Melakukan sesuatu. Saling menawarkan gagasan. Kadang-kadang juga hanya bermain, hanya tiduran, hanya duduk-duduk tanpa melakukan sesuatu. Itu juga tidak ada masalah. Ada waktunya rebahan, ada waktunya bermalas-malasan seperti beruang di musim dingin. Tapi saya percaya, sekali mereka bangkit, baik secara individu apalagi secara bersama-sama, pasti akan ada sesuatu yang dilakukan dan itu seringkali mencuri perhatian dunia. 

Sudah bagus melakukan pendekatan pada ilmu pengetahuan dengan riang gembira. Asal tahu kapan harus bangkit, ia bisa dilakukan dengan rebahan. Tidak ada yang salah dengan itu. 

Tak terasa sudah lewat setahun kolektif ini berbadan hukum sebagai Yayasan Studi Arsip Sudut Kalisat. Anak-anak muda usia 20-an mendominasi kolektif ini, membuatnya terlihat senantiasa segar dan penuh celoteh. Tak peduli dari mana mereka berasal, ada saja pertanyaan-pertanyaan seru tentang sebuah lanskap bernama Kalisat. Mereka yang tidak lahir dan bertumbuh besar di Jember seperti sedang merakit kampung halaman kedua di kampung Lorstkal. 

Sudut Kalisat memang punya program berjangka, dari jangka pendek hingga jangka panjang. Tapi saya lebih suka acara-acara insidentalnya. Hari ini bikin acara memasak di dapur, besok entah akan melakukan apa. Untuk bulan November ini Sudut Kalisat sepertinya dihujani oleh agenda insidental. Setidaknya pada 14 November 2025 kami akan menggelar Olby Gigs, sebuah agenda bersenang-senang di ruang ingatan. 

Tetap riang gembira, teman-teman. 

TAMASJA NET

0 comments