Rio Punya Cara Sendiri

by - November 26, 2025



Foto oleh Eko Febriyanto, 26 November 2025


Kami berjumpa di resepsi pernikahan Rio Priatma dan Dewi Indriani Putri Gunadi, di Perumahan Taman Gading Gang Gus Dur. Senang bisa foto bersama dengan Dani alias Kakak Bangga, dan Dicky Zulkarnain. Di sebuah story, saya menulis begini, "...Bersama mereka, kami foto bareng sampek mantene ketutupan." Maafkan kami Rio, Dewi. 

Tapi tulisan carkalacer ini bukan tentang Dicky, bukan pula tentang Kakak Bangga.


Rasanya saya masih ingat hari-hari pertama ketika mengenal Rio, putra dari pasutri Budi Hermanto dan Ninik Farida ini. Dia grapyak, suka menyapa, ramah dan sekaligus pendiam. Itu kesan saya saat melihat Rio di emperan Unit Kegiatan Mahasiswa Dewan Kesenian Kampus. Rio juga yang memperkenalkan saya dan Hana secara langsung dengan fotografer Bondowoso Wildan Ariyanto. Saat itu Jumat Wage, 27 September 2019, ketika terjadi peristiwa unjuk rasa dimana-mana, termasuk di Jember, terkait kebijakan pemerintah yang dinilai tidak adil. Kami mlipir di sebuah warung kopi di JL. Bengawan Solo, tepat di samping barat Gedung DPRD Jember.

Mulanya saya tidak tahu mengapa ditakdir jumpa dengan Wildan Ariyanto di akhir bulan September. Ia baru terjawab pada tiga tahun kemudian. Rupanya kado dari Rio Priatma ini punya masalah sentimentil dengan penghujung bulan September. Titania Elsa saksinya. 


Tentang lagu berjudul rio. 

Pernah suatu hari di bulan November yang dingin, saya bikin lagu berjudul rio. Pakai gitar negara yang dirawat oleh DKK. Ia berkisah tentang monyet jantan di pelataran UKM Fakultas Sastra/Ilmu Budaya Universitas Jember, rio namanya. Dia terbiasa makan nasi dan camilan hasil pemberian beberapa mahasiswa yang mengenalnya. Dia suka gelisah, suka menarik-narik rantai yang mengikat tubuhnya. Dia juga suka caper kalau ada anggota DKK, Shanty Ratna, jika kebetulan Shanty sedang lewat di dekatnya. 

Terinspirasi oleh rio yang tidak merdeka dan tidak pula berdaulat atas dirinya, maka lahirlah lagu rio, dengan lirik sebagai berikut. 


rio - Tamasya Band 


Angin dingin mengusik kulit rio menggigil
Sepoi-sepoi menepis wajah rio menangis

Rio ingin lepas dari semua ini

Kawan..

Reff:

Cinta tak harus saling memiliki 
Biarkanlah rio merdeka berlari
Lepas dari rantai sangkar ini
rio punya cara sendiri

Kalau pun nanti rio harus mati
Beri kesempatan rio tuk menjadi
Monyet sejati bukan monyet nasi
yang berarti 

_____


Bahkan manusia yang dapat bicara dan mengungkapkan gagasannya lewat kata-kata pun tak bersedia dikurung, dirantai, dijauhkan dari makanan alami dan dari ruang hidupnya, diisolasi dari orang-orang terkasih yang nama dan aromanya terukir di hati. Begitu juga dengan rio. Sejatinya ia adalah makhlukberekor yang sangat sosial dan punya sistem hierarki yang jelas.

Lagu rio kelak masuk ke album kedua Tamasya Band, launching dilakukan di Sastra pada Jumat Pahing, 14 Februari 2010, bertajuk, Save the Tree #2. 

Lagu itu tercipta tentu bukan untuk mengolok-olok Rio Priatma, suaminya Dewi saat ini. Antara Rio Priatma dengan rio primata, mereka berbeda. Beda individu, beda zaman, beda pula derajatnya. Namun ada sesuatu yang bagus dari lirik lagu itu, tentang 'rio punya cara sendiri.' Saya percaya, itu sangat Rio Priatma. Saya bisa melihatnya manakala dia memberi napas baru pada sebuah kedai bernama Warung ta Cafe. 

Dewi dan Rio Priatma, segala doa terbaik untuk hidup dan mimpi-mimpi kalian. 

Oiya, sepertinya lagu rio masih bisa didengarkan di reverbnation, link di sini

TAMASJA NET

0 comments