Tak Seperti Hari yang Lain
Gedung CDAST Universitas Jember, 6 November 2025
Nama yang bagus untuk sebuah gedung. CDAST. Center for Development of Advanced Science and Technology. Dua hari lalu, dua kali saya dan Zuhana pergi ke gedung itu. Pertama, pukul satu siang. Kami diminta turut menghadiri pembukaan acara tiga tahun sekali, Nalasud, Napak Tilas Sroedji. Acara yang berlangsung selama 6 - 9 November 2025 tersebut diselenggarakan oleh Pramuka Universitas Jember. Malam harinya, ba'da Isya, saya kembali ke gedung CDAST lantai empat untuk memberikan materi tentang sejarah perjuangan Brigade III/Divisi I Damarwulan di masa Komando Brigade dipimpin oleh Letkol Moch. Sroedji.
Saya teringat acara pembukaan Nalasud itu, siang hari pukul satu. Ada perwakilan keluarga Sroedji, Mbak Meriza. Setiawati beserta Ibunda tercinta, juga suami Mbak Meriza Setiawati yaitu Mas Bambang Saputro, kepala Dispenduk Jember. Mbak Meriza adalah keluarga Sroedji dari pihak Roekmini bin Tajib Nitisasmita. Dijelaskan oleh Mas Bambang Saputro waktu itu, keluarga Sroedji di Jakarta tak bisa hadir di acara pembukaan Nalasud yang ke-18 dikarenakan ada yang sakit.
Memang benar, saat acara itu berlangsung, Mbak Irma Devita Purnamasari sedang dirawat di rumah sakit sejak Senin, 3 November 2025. Ia bilang di pesan yang terkirim, "...Kalau aku cuma karena kebanyakan pikiran sama kecapean. Kalau Mas Dedi kondisinya kritis. Semoga Allah memberikan kesembuhan dan kekuatan untuk Mas Dedi. Aamiin."
Mas Dedi Prasetyo adalah kakak kandung Mbak Irma. Mereka adalah anak pertama dan kedua dari pasangan Soeroso Roeslan dan Pudji Redjeki Irawati bin Moch. Sroedji. Ya, Mas Dedi dan Mbak Irma adalah cucu Moch. Sroedji dari putri bungsunya.
Jumat, 7 November 2025
Adik saya dari Banyuwangi, Bagus, dia datang ke rumah kami di Kalisat. Dia datang bersama istri dan si kecil Kenzo. Menginap. Sayang sekali waktu saya dan Hana banyak tersita di depan laptop. Satu dua kali saya sampaikan kata maaf ke Bagus.
Ohya, catatan saya tentang Bagus pernah saya tulis di blog ini, judulnya, Eko Karya Bagus Pribadi.
Malam ketika Bagus, Eka, dan Kenzo istirahat di kamar tamu di rumah kami, ranjang jebol. Ya Allah, maafkan kami. Sepurane, Gus.
Beberapa waktu sebelumnya, tepatnya pukul 21.09 WIB, ada sebuah pesan masuk di ponsel saya. Rupanya dari Mbak Irma Devita di Jakarta. Saya terkejut, lemas, dan butuh waktu untuk merespon pesan itu. Ia adalah sebuah pesan berisi berita duka. Innalillahi Wa Inna Ilaihi Rojiun. Selamat berpulang, Mas Dedi Prasetyo.
Hari semakin larut, saya menulis catatan pendek untuk Alm. Mas Dedi, berjudul, Dia yang Paling Mirip Mochammad Sroedji.
Sabtu, 8 November 2025
Menjelang siang, Bagus sekeluarga pulang ke Genteng - Banyuwangi ketika saya masih terlelap. Mereka sudah menginap, datang jauh-jauh ke Kalisat dengan mengendarai motor kesayangan, tapi tak punya waktu berbincang dengan saya. Mana ranjang jebol lagi.
Di media sosial miliknya, Mbak Irma Devita bikin catatan yang sungguh menyentuh hati. Kehilangan memang tak pernah mudah, seberapa pun usia kita.
Malam hari.
Dani dan Hamdan Tamimi baru pulang dari Kedai Sinisuka Bondowoso. Selain mereka, di ruang ingatan ada Iqbal, Sherin Fardarisa, dan Qorri Aina Damayanti yang baru saja datang. Hana bangun tidur. Ketika kami singgah ke ruang ingatan, saya bilang ke mereka. "Barangkali besok ada yang bangun pagi, tolong Mas Hakim dibangunkan ya." Besok pagi-pagi sekali saya harus ada di Universitas Islam Jember, memberi materi jurnalistik lingkungan untuk Pencinta Alam Egalitarian. Mereka sedang proses Diklatsar.
Agenda terdekat lainnya adalah Selasa pagi, 11 November 2025. Insya Allah saya akan menghadiri seminar di Gedung Soeharsono Fakultas Hukum Universitas Jember, sedari pukul 08.30 hingga selesai. Saya diminta untuk menjadi narasumber di seminar tersebut. Judulnya, Seminar Nasional “Lanskap Bercakap: Tilikan dari perspektif lokal hingga internasional terhadap hukum lingkungan hidup”
Bismillah.
Tak seperti hari yang lain, hari-hari di pembuka bulan November kali ini penuh dengan warna. Ada duka yang mendalam, ada perjumpaan singkat, ada irama yang bersenandung lirih, ada yang sedang menunggui orang terkasih yang sedang dirawat di Rumah Sakit Daerah Kalisat di desa Ajung, ada yang mengorganisir pra acara Olby Gigs, ada yang baru keluar dari penjara untuk kedua kalinya, ada pula yang terisak menahan rindu.
Sabtu, 8 November 2025
Menjelang siang, Bagus sekeluarga pulang ke Genteng - Banyuwangi ketika saya masih terlelap. Mereka sudah menginap, datang jauh-jauh ke Kalisat dengan mengendarai motor kesayangan, tapi tak punya waktu berbincang dengan saya. Mana ranjang jebol lagi.
Di media sosial miliknya, Mbak Irma Devita bikin catatan yang sungguh menyentuh hati. Kehilangan memang tak pernah mudah, seberapa pun usia kita.
Malam hari.
Dani dan Hamdan Tamimi baru pulang dari Kedai Sinisuka Bondowoso. Selain mereka, di ruang ingatan ada Iqbal, Sherin Fardarisa, dan Qorri Aina Damayanti yang baru saja datang. Hana bangun tidur. Ketika kami singgah ke ruang ingatan, saya bilang ke mereka. "Barangkali besok ada yang bangun pagi, tolong Mas Hakim dibangunkan ya." Besok pagi-pagi sekali saya harus ada di Universitas Islam Jember, memberi materi jurnalistik lingkungan untuk Pencinta Alam Egalitarian. Mereka sedang proses Diklatsar.
Agenda terdekat lainnya adalah Selasa pagi, 11 November 2025. Insya Allah saya akan menghadiri seminar di Gedung Soeharsono Fakultas Hukum Universitas Jember, sedari pukul 08.30 hingga selesai. Saya diminta untuk menjadi narasumber di seminar tersebut. Judulnya, Seminar Nasional “Lanskap Bercakap: Tilikan dari perspektif lokal hingga internasional terhadap hukum lingkungan hidup”
Bismillah.
Tak seperti hari yang lain, hari-hari di pembuka bulan November kali ini penuh dengan warna. Ada duka yang mendalam, ada perjumpaan singkat, ada irama yang bersenandung lirih, ada yang sedang menunggui orang terkasih yang sedang dirawat di Rumah Sakit Daerah Kalisat di desa Ajung, ada yang mengorganisir pra acara Olby Gigs, ada yang baru keluar dari penjara untuk kedua kalinya, ada pula yang terisak menahan rindu.

0 comments