Pohon Jalan

by - November 24, 2025

Pohon Bungur di alur Sukoreno - Kalisat, 100 tahun lalu. 


Seorang ahli taman yang masyhur, H.J. Wigman Sr, dia menulis dalam bukunya yang terbit tahun 1926 tentang pohon-pohon apa saja yang tepat untuk ditanam di pinggir jalan. Buku berjudul Wegboomen itu berkisah juga tentang pohon nyamplong di sepanjang jalur Kalisat - Maesan. Indah, dan Wigman menyaksikannya sendiri. 

Untuk jalan sempit, damar adalah pohon pinggir jalan yang ideal. Dr. Fairchild dari Washington menyebutnya sebagai pohon gang terindah di Jawa. 

Ruas-ruas jalan damar yang indah masih ada di Cicurug, Sukabumi, pada satu abad lalu ketika buku 'Pohon Jalan' baru akan terbit.

Adenanthera pavonina adalah jenis pohon yang paling umum ditanam di pinggir jalan pulau Jawa, selain asam tentunya. Dia punya banyak sekali nama lokal, di antaranya adalah saga.

Buku Pohon Jalan membeberkan dengan lengkap nama-nama pohon yang baik untuk ditanam di pinggir jalan. Ia disesuaikan dengan jenis tanah, bagaimana kemiringannya, bagaimana pendapat geolog, ahli tanah, ahli pohon, dan multidisiplin ilmu lainnya. Disebutkan juga mana pohon yang hasil introduksi orang Eropa mana pula pohon endemik yang sebaiknya diperbanyak. Di masa itu sudah diperhitungkan pohon-pohon introduksi, jangan sampai menjadi invasif dan mengganggu keanekaragaman hayati lokal. Sampai pada musim bunga dan usia pohon juga diperhitungkan, sebab berkaitan dengan pembibitan, proses perawatan dan peremajaan. 

Apakah kemudian H.J. Wigman Sr memang seorang ahli taman yang hebat dan bisa bekerja sendirian? Tentu tidak. Tahu apa para insinyur Eropa tentang cangkring? 

Mereka datang, memperhatikan, mendengar kisah dari warga lokal bahwa jenis pohon dadap duri itu daunnya lebih lebar dari dadap asrep, bikin bagan-bagan, dan memasukkan dadap duri di kolom ilmiah Erythrina, sebagai pohon dengan nama ilmiah Erythrina variegata. Oiya, melabeli tumbuhan dengan nama ilmiah memang ada aturannya, sesuai kesepakatan ilmu pengetahuan. Tapi menyebut Dehaasia Pugerensis sebagai 'wit puger' atau pohon jember, itu juga tidak salah.

Idealnya kooperatif. Bekerja sama antar multidisiplin ilmu dan lintas batas. 

Apapun itu, seperti urusan pohon jalan misalnya, memang sebaiknya ditulis oleh mereka yang mengerti di bidangnya. Tak peduli apa warna kulitnya. Tak peduli dari negara mana dia berasal. Tapi bila tidak kooperatif, menghilangkan peran ilmuwan lokal, itu sangat tidak adil. 

_______

Foto ilustrasi di atas saya ambilkan dari buku yang sama, bab 24, tentang jajaran pohon bungur dari arah desa Sukoreno ke desa Kalisat kecamatan Kalisat, di ketinggian kurang lebih 350 meter di atas permukaan laut. Usia pohon diperkirakan 15 tahun, dengan tinggi 7,5 meter, dsb. Foto oleh B. Kruyne.

TAMASJA NET

0 comments