AUGUSTE COMTE memang sudah meninggal dunia pada 168 tahun yang lalu. Tapi anak-anak ideologisnya ada dimana-mana. Sejak Comte menjadi orang pertama yang pakai istilah sosiologi, namanya selalu dilekatkan dengan ilmu sosial yang berteman dekat dengan antropologi ini. Orang bilang, Comte adalah Bapak Sosiologi Dunia. Sore menjelang Maghrib, datang lima mahasiswa dari jurusan sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jember. Ini sudah kali ketiga mereka sowan ke ruang ingatan, rumah bagi kolektif Sudut Kalisat. 

"Mulanya kami ingin melakukan studi tentang Sudut Kalisat, kenapa memutuskan untuk tetap bertahan sampai sekarang? Kami mencoba mencari sudut pandang dari luar. Dari warga sekitar, dari anak-anak kecil. Tapi kami kesusahan mendapatkan POV yang kami inginkan. Malah nggak dapet. Ketika ditanya, mereka langsung bilang, 'Tanya langsung aja ke mereka. Enak kok orang-orangnya. Kami juga kadang ke sana.' Nah itu dia masalahnya. Kami masih bingung." 

Resti, salah satu mahasiswa sosiologi itu yang mengatakannya. 

Mereka masih sangat muda, masih semester tiga dan sudah diterjunkan untuk studi lapang. Haikal, dosen muda yang enerjik dari Fakultas Hukum Universitas Jember, dia terlihat kaget dan bertanya, "Masih semester tiga sudah terjun ke masyarakat ya?" Segera dijawab oleh Resti, "Sebenarnya sudah mulai semester dua, Pak." 

Selain kedatangan tamu dari sosiologi, ada juga rombongan kecil dari Fakultas Hukum. 

Saya bertanya kepada Rani, Resti, dan tiga lainnya. "Kalian ini studi lapangnya apa sama seperti Antropolog?" Mereka bilang, beda. Seperti yang kita tahu, baik sosiologi maupun antropologi, keduanya sama-sama mempelajari manusia sebagai subjek studi. Namun sepertinya sosiologi lebih membutuhkan survey  dan data statistik dibandingkan kerja-kerja observasi, penggambaran secara terperinci, dan wawancara. 

Malam semakin larut. Arunika Kinnas Narasnama, Notre Bel Enfa, dan Faire De La Vie sibuk bermain. Hamdan Tamimi sedang menikmati proses memasak di dapur ruang ingatan. Dibantu dengan teman-teman yang lain, Hamdan mengolah mie instan, menanak nasi, bikin sambel goreng kentang dan ati, oseng jamur, dadar jagung, mendol, dan sambel ijo. Menu itu lengkap dengan kerupuk satu kresek, cocok untuk makan bersama. Sayang, Karina Putri Yuni Kuswanto belum pulang ke Kalisat. Ada lauk yang dia sukai.

Sherin Fardarisa sejak malam ini punya gaya rambut baru. Dia potong pendek di salon Mbak Erni di kampung Lorstkal. 

Sudah tiga hari ini saya tidak jumpa dengan Mas Nur Riyono. Rupanya dia kehabisan cat warna hitam dan putih. Tadi ketika datang serombongan teman-teman sosiologi menjelang Maghrib, saya juga ditemani Mas Budi 'Tamasja Dara' sampai ba'da Isya. 

Tadi siang, terdengar kabar dari Aldafa Hestu Ragil Utami bila Mama Naniek sudah bisa pulang dari Rumah Sakit Kalisat. Mama Naniek adalah Mamanya Aldi dan Alda. 

Rian Adhivira Prabowo, dosen muda nan gondrong kesayangan Fakultas Hukum, dia dengan sabar menjelaskan kepada kami apa dan bagaimana jalannya acara untuk tanggal 11, 12, dan 13 November 2025 yang bertempat di FH Universitas Jember. 

Pukul setengah sepuluh malam, Qorry 'Aina Damayanti pamit pulang ke kosannya di JL. Jawa VI. Disusul kemudian oleh rombongan yang lain. Terakhir, saya dan Hana juga pamit pulang ke rumah. Kami tetap pamitan meskipun lokasi rumah kami ada tepat di timur ruang ingatan.

Suasana ruang ingatan kembali biasa-biasa saja. Kampung Lorstkal terasa lebih sepi. Kami sedang kepaten sejak 7 November. Suaminya Mbak Menik Setyowati meninggal dunia. Innalillahi Wa Inna Ilaihi Rojiun. 


Sebagai penutup catatan ini, akan saya kutip kata-kata dari Auguste Comte. Dia bilang, "To understand a science it is necessary to know its history." Sebaiknya memang demikian. Dari pada kita memahami 'segala kabar tentang malam ini' yang ternyata bukan segalanya, lebih baik merenungkan kalimat Comte, bahwa untuk memahami suatu ilmu pengetahuan, kita perlu mengetahui sejarahnya.