The JIRET: Rocker dari Universitas Islam Jember
by
tamasja
- Desember 03, 2025
The Jiret Band
BRIWork Entrepreneur Fest telah usai digelar, 2 - 3 Desember 2025. Qorry 'Aina Damayanti tampak senang di hari terakhir acara. Wajahnya tak selelah kemarin, justru berseri-seri. Seperti biasa, 'Aina tetap modis. Dia pakai atasan dan bawahan serba hitam, kerudung juga hitam, lalu mengenakan jaket soft jeans warna biru kahlo. Sebagai karyawan di BRIWork Universitas Jember, 'Aina banyak dibantu oleh teman-temannya untuk mewujudkan fest bazaar mahasiswa yang disertai dengan panggung seni ini. Meskipun selalu berangkat siang hari, saya dan Hana mengusahakan untuk datang di hari pertama dan kedua. Tentu kami senang. Kini saya menjadi tahu bahwa Universitas Islam Jember (UIJ) punya sebuah band sangar bernama The Jiret. Mereka tampil di hari perdana.
Hari ini saya jumpa lagi dengan dua personil The Jiret, vokalis dan drummernya. Rupanya si drummer ini asli Kecamatan Banyuputih, Situbondo.
"Berarti kenal juga ya sama Mapala-nya UIJ? Egalitarian."
"Iya Mas, kami dekat. Sering kumpul." Begitu katanya.
Kemarin, The Jiret tampil satu panggung dengan Kahlo dan Grey Castle. Bassistnya gondrong. Ketika The Jiret tampil, ia membetot bas sambil duduk di kursi, di samping kanan drummer. Santai dan nyaman sekali dia ketika ngebass, sesantai Dani selokan belakang. Gitarisnya juga gondrong. Rambutnya yang ikal diikat, jadi tampak pendek. Saat berbincang dengan MC di sebuah kuis, si gitaris The Jiret bilang dalam bahasa Inggris bahwa dia berasal dari kecamatan Panti, Jember.
Tadi saya tanya ke vokalis The Jiret, anak Jember yang suka pakai flanel ini. Saya tanya, kenapa bernama The Jiret? Dia bilang, iseng saja. Ditambahkan oleh si drummer, mereka punya teman yang biasa dipanggil Jiret. Nah, ide awalnya dari sana. Kini kadang ditambahkan, jiret dalam pengertian sebenarnya. Dalam bahasa Jawa, jiret adalah situasi ketika seseorang terlilit tali. Kejiret. Bisa juga diartikan terlilit hal lain. Ia bisa tentang terlilit hutang, terlilit cinta, atau terlilit janji-janji negara.
Jumpa dengan Gosong, dulu dia aktif di Himacita Unipar Jember angkatan 2004. Dokumentasi oleh Esem SWP, 3 Desember 2025
Kadang saya berpindah posisi, dari panggung seni ke jajaran bazaar mahasiswa Universitas Jember. Saya turut nongkrong di stan bazaar yang dijaga teman-teman Mapala, Jumar dan kawan-kawan. Di saat berjalan kaki menuju stan Mapala itulah saya dan Hana jumpa dengan Gosong. Rupanya dia sedang berdua dengan teman dekatnya.
Gosong pernah ke Kalisat pada 14 September 2025 lalu, bersama pasutri Sulton Habibi dan Cyelvia Je Atmanegara dan semua buah hatinya. Sayang kami tidak jumpa. Perjumpaan dengan Sulton dan Cyelvia pun hanya sejenak. Maaf ya.
Di masa Gosong, nama Unipar masih IKIP PGRI Jember. Para mahasiswanya yang tergabung dalam Mapala dan kesenian, mereka aktif bikin acara. Kadang setelah dari Himacita, saya singgah sejenak ke sana, ke UKM Kesenian Dinding, sebab saat itu ada Almarhummah Mami Jala.
Kembali ke The Jiret.
Melihat cara mereka menguasai panggung, menguasai lagu-lagu yang dibawakan, saya tahu bahwa The Jiret punya masa depan yang menarik. Mereka menghabiskan usia terbaiknya dengan band2an, dengan saling support band indie lainnya. Hanya tersisa satu keisengan lagi yang sebaiknya dilakukan, yaitu bikin karya sendiri dan terus-menerus menyuarakannya antar teman antar kolektif.
The Jiret, terima kasih telah memberi warna pada situasi negeri ini yang sedang mengalami dukacita mendalam atas deforestasi, tambang, perluasan sawit, kejiret korporasi jahat, dan retorika penyelenggara negara. Terus saja berkarya. Boleh jadi dari kalianlah kami akan kejiret dan kejerat kesadaran pada ekoteologi.


