Perdana ke Lembana

by - Desember 18, 2025

TANAH Lembana basah. Rupanya desa Gadu Barat di kecamatan Ganding habis diguyur hujan, tadi pagi setelah subuh. Sumenep kota pun begitu, basah oleh hujan di pagi hari. Mulai dari JL. Trunojoyo, JL. Jokotole, JL. Arya Wiraraja, dan lainnya, basah ketika kami melintasinya. 

Saya dan Hana berangkat dari Tema Hotel sekira pukul sembilan pagi, langsung menuju Lembana Artgroecosyatem alias di kediaman Fikril. Sesampainya di sana, motor segera saya parkir di areal masjid di seberang rumah Fikril. 

Ada banyak seniman berkumpul di emperan rumah Fikril. Ibunya memasak di dapur, dengan dibantu oleh dua perempuan. Mereka masak besar, untuk puluhan seniman dalam negeri maupun seniman mancanegara. Ada saya lihat Ugoran Prasad juga ada di emperan rumah Fikril. Vokalis Majelis Lidah Berduri itu pakai kaos warna hitam, dan bersongkok. 

Suasana yang menyenangkan. Masih belum kami lihat batang hidung anak-anak Kalisat. Tentu saja Iqbal dan lainnya masih terlelap di rumah warga, di samping kanan warung kopi Nyi Muna. 

Satu jam kemudian, datang Opet dan Karin. Mereka segera merapat bersama saya dan Hana yang saat itu sedang berbincang dengan Mahar, mahasiswi semester tiga FIB Universitas Jember yang juga anggota Dewan Kesenian Kampus. Lalu menyusul Dani Selokan Belakang. 

Manakala Majelis Dramaturgi hendak dimulai, saya dan Dani jalan kaki ke rumah warga. Turun. Beli rokok saja rencananya. Tapi di samping warung Nyi Muna sudah ada Iqbal. Kami bertiga akhirnya terdampar di emperan toko Pracangan. Ngopi. Kami dibuatkan kopi pahit meskipun toko itu tak berjualan kopi. 

"Tidak apa-apa, sudah biasa di sini," ujar pemilik toko. 

Suasana yang sungguh terasa Jogja, tidak seperti di Madura. Itu kesan saya pada rumah Fikril dan sekitarnya. Manakala berjarak, seperti ketika saya, Dani, dan Iqbal ngopi di emperan toko, suasana Madura segera hadir kembali. Sungguh hebat Fikril dan kawan-kawan Madura ini. Mereka berani menghadirkan kebaruan di kampung halamannya, dan mungkin mereka telah banyak-banyak belajar pada Trunojoyo. 


"Kok Ndak nginep Mas, Mbak?" Tanya Isbat, pukul tiga sore. 

"Maafkan. Hari ini kami ada janji ketemuan dengan beberapa kawan."

Hana menambahkan, "Besok kami sudah berencana menginap di Lembana, bareng anak-anak Sudut Kalisat." 

Begitulah. Pada akhirnya kami kembali mengadakan perjalanan dari Gadu Barat menuju Tema Hotel di Sumenep wilayah kota.

Sore pukul empat, kami sudah jumpa dengan Mas Ucon, warga Kalisat yang kini telah domisili Sumenep. Malam hari barusan, saya dan Hana jumpa dengan sedulur kami sesama pencinta alam, Petis dan Noul. 

Sebelum istirahat, catatan ini tercipta. 

TAMASJA NET

0 comments