Dunia Blogger
BLOGGING adalah sebuah kegiatan merawat dan mengelola blog dengan cara sederhana, yaitu menulis lalu mengunggahnya di blog. Orang yang memiliki aktivitas blogging disebut blogger. Ada juga yang menulisnya dengan bloger, hanya menggunakan satu huruf g saja. Tentu ia adopsi dari kegiatan menulis di deluwang, daun lontar, kulit hewan, dan sebagainya. Lebih modern lagi adalah kegiatan menulis di kertas lalu mengklipingnya. Blog yang disematkan di sebuah dinding disebut meding alias media dinding. Semakin ke sini, sebutan untuk meding juga mengalami pergeseran menjadi mading, singkatan dari majalah dinding. Melalui ledakan teknologi, hadirlah blog, dari istilah weblog. Ia mula-mula hadir sejak 1994. Keberadaan platform seperti blogger di tahun 1999 dan wordpress di tahun 2003 bikin blogging semakin populer.
Dunia blogger di sepanjang 2004 - 2014 adalah dunia yang riang gembira, saling terhubung, lambat dan tidak secepat mIRC dan segala model komunikasi modern saat ini. Jazirah kecil ini memunculkan kebiasaan-kebiasaan baru, di antaranya adalah blog walking.
Blog walking dan kopdar.
Blog Walking itu bukan adopsi dari istilah Barat, namun asimilasi dari teman-teman blogger Indonesia sendiri. Artinya, jalan-jalan mengunjungi blog pihak lain dan meninggalkan jejak berupa komentar. Dari sana terjadilah interaksi. Blogger sering menyebutnya dengan bewe. Ada satu lagi, kopdar. Kopi darat. Budaya ini sudah pasti hasil adopsi dari budaya teman-teman radio komunitas seperti Orari alias Organisasi Amatir Radio Indonesia. Mereka berjumpa di udara melalui gelombang yang sama, lalu sesekali mengadakan kopi darat untuk saling kenal mengenal secara langsung. Dari udara ke darat, dari mengenal suara saja menjadi perjumpaan fisik. Kini istilah kopdar tak hanya diadopsi dan dipakai oleh blogger saja, melainkan oleh berbagai kalangan.
Pada 2014, Indonesia mengalami gonjang-ganjing yang dahsyat, tak lain karena suhu politik dalam negeri sedang panas sekali. Di antaranya karena peristiwa Pilpres. Rupanya ia memberi pengaruh signifikan di dunia blog. Mulai dikenal stigma buzzer.
Buzzer memang ada dan nyata. Mereka dengan sadar dan sengaja menyebarkan pesan atau opini tertentu demi memengaruhi opini publik di sebuah agenda politik. Mereka terkoordinir dan mendapatkan imbalan atas pekerjaannya. Tapi tidak semua blogger adalah buzzer. Semua blogger boleh menyampaikan pendapatnya melalui tulisan di blog atas apa yang mereka rasakan tentang negeri ini. Namun saya pikir, stigma itu terlalu kuat dan melekat. Menyampaikan pendapat sedikit saja dibilang buzzer. Stigma buzzer juga bertanggungjawab atas lunturnya istilah lain seperti netizen hingga influencer.
Blogger Generasi Z.
Blogging yang seharusnya riang gembira pernah menjadi kusut, embrionya dimulai sejak sebelas tahun lalu. Setidaknya itu yang saya rasakan sebagai seorang blogger. Subyektif. Akan tetapi saya juga percaya bahwa sejarah selalu berulang. Pola yang pernah terjadi di masa lampau akan kembali terulang di masa mendatang. Begitu juga dengan dunia blog. Sepuluh tahun sejak peristiwa Pilpres 2014 yang memunculkan potensi pecah belah, blogging kembali bergairah, diusung oleh teman-teman kelahiran 2004 - 2005 dan yang unda-undi. Mereka menulis di blog, berani menuliskan hal-hal kecil, keseharian, harapan, patah hati, bahkan menulis artikel serius seputar gender, anti kekerasan seksual, tolak tambang, hingga mengawal isu-isu tertentu yang mereka sukai. Mereka tak peduli blog walking, kopdar blogger, apalagi SEO. Tulisan mereka tidak untuk dipersembahkan kepada Search Engine Optimization. Mereka membaca sebuah artikel karena butuh membaca itu, bukan butuh meninggalkan komentar.
Blogger gen-z, merekalah penduduk asli digital yang tumbuh di era internet.
Di unggahan perdana blog tamasja ini, series membaca kenangan, saya bercerita tentang Karina Yuni Putri Kuswanto. Dia masih muda, 23 tahun, cantik, punya suara yang bagus, bisa bikin tahu walik, dan punya blog di blogspot. Rupanya dunia paralel blog kini dipenuhi oleh generasi mereka. Entah di blogspot, wordpress, medium, atau di platform manapun. Blog mereka memang bergerak lambat. Saya membacanya dan saya tahu bahwa mereka sedang bersenang-senang. Riang gembira. Jangankan SEO, mereka bahkan tidak peduli apakah artikel yang mereka unggah dapat menjumpai pembacanya atau tidak. Meraka ibarat sedang merebut fungsi blog, mengembalikannya sebagai jurnal harian.
Terinspirasi oleh Karina segenerasi, saya bikin blog tamasja ini, sejak limabelas hari lalu. Hari ini, saya membeli domain NET di rumahweb. Hosting tetap menggunakan blogspot. Ia hanya merubah alamat blog, dari https://tamasja.blogspot.com menjadi www.tamasja.net. Kini masih dalam proses menunggu. Itulah mengapa hari ini saya menulis peng dua. Tadi pagi sudah menulis artikel berjudul, Asal Usul terjadinya Olby Gigs. Semoga saja kehadiran blog tamasja ini bisa manfaat, seperti blog rzhakim yang kemarin terhapus permanen karena ketidaksengajaan.
Sudah sore. Waktunya ke halaman belakang. Memberi makan merpati, berkebun, dan berbincang dengan Mas Budi. Terima kasih.
0 comments