Bulan Tertutup Awan

by - Oktober 29, 2025

ARUNIKA KINNAS NARASNAMA. Dia lahir secara sesar di Rumah Sakit Jember Klinik pada 4 April 2024. Di mula-mula kelahirannya, kami di ruang ingatan sempat memanggil Arunika dengan sapaan Idul. Padahal panggilannya adalah Aru. Lama kelamaan eksis juga namanya, Aru, mengingatkan kita pada Kepulauan Aru di Maluku. 

Kini Aru sudah bertumbuh semakin besar. Sudah satu setengah tahun. Putri dari pasangan Ahmad Hafid Hidayaturrahman dan Novia Suryandari ini sudah bisa melafalkan banyak kata. Meski demikian, Aru seperti punya kamus bahasanya sendiri. Dia menyebut pedas dengan huh hah. Bila ingin jalan-jalan naik motor, dia akan berulang-ulang menyebut ngeng-ngeng. Atau hanya sekali ucap, ngeeeeng. Acin atau nyue acin, pertanda Aru minta dibelikan camilan gurih. Dia menyebut burung dengan A'a atau a akan untuk ikan, dan ayay untuk ayam.

Aru punya panggilan khusus untuk saya, yaitu Ade. Tentu saya menikmatinya. Tidak lama lagi, dia akan semakin fasih berkata-kata, dan akan dengan mudah memanggil saya dengan Pakde, tak lagi Ade. 


Dokumentasi pribadi. Ruang Ingatan, 29 Oktober 2025 pukul 19.52


Ba'da Maghrib, Aru sudah tiba di ruang ingatan. Dia hapal nama-nama mereka yang aktif di kolektif Sudut Kalisat dan segera memanggilnya dengan cara njambal. Biasanya Aru akan segera mendekat pada mereka yang sedang memegang ponsel atau sedang mengoperasikan tab. Ada satu kata yang segera Aru ucapkan. Bebek. Itu artinya dia sedang ingin dibukakan YouTube agar bisa melihat video bebek dan atau lagu lima bebek kecil pergi main. Bapak dan Ibunya Aru tidak sependapat bila Aru sering-sering nonton bebek sebab ia hanya membuat Aru mudah emosional. Bila sudah ada di kondisi merajuk dan merengek minta bebek, maka salah satu dari kami akan mengajaknya untuk melakukan aktivitas lain. Misal, lihat ayay, a'a, atau kan. Tadi Karin mengajaknya ke kolam ikan koi di dalam green house Bude Hana. 

Hal menarik terjadi manakala saya dan Hana mengajak Aru naik ngeeeng ke warung Ucok di JL. HOS Tjokroaminoto di jalur stasiun Kalisat. Ketika berkendara, Aru minta berdiri di jok belakang motor supra. Dia menebar senyum kemana-mana. Lalu memandang langit. Bude Hana dia paksa juga untuk melihat ke arah langit. Aru menunjuk-nunjuk sesuatu. Ooo, dia sedang melihat bulan yang tertutup awan hitam berarak. 

"Bulan tertutup awan." Begitu kata Bude, mencoba menjelaskan dengan singkat.

Saat itu palang pintu kereta api baru dibuka. Jalanan di pertigaan kecil samping rumah Bu Shiddiq ramai sekali. Aru tak peduli. Dia sibuk memandang langit, sambil terus menerus meniru ucapan Bude. 

"Bulan.. tutup.. awan..." 

Kami tertawa dibuatnya. Aru terus mengulangnya. Saya bilang ke Hana, mungkin dia sedang suka melafalkan kata dengan kuncian huruf mati seperti huruf p. Atau mungkin dia sedang ingin saja. 

Sepulang dari warung Ucok, kami ambil jalur JL. dr. Wahidin, tapi masih ajak Aru tawaf ke lingkaran Kalisat. Di sana dia tak mau naik dokar hias. Takut, katanya. Sepanjang perjalanan pulang dari 'alun-alun Kalisat' menuju ruang ingatan, Aru kembali mengulang-ulang kalimat pendek itu. Bulan.. Tutup.. Awan. Bulan tertutup awan. 

Rasanya Aru sedang jatuh cinta pada malam hari yang pekat setelah hujan lebat di sore harinya, dengan bulan yang tertutup gumpalan awan. Padahal namanya adalah Arunika, seberkas sinar mentari usai terbit di pagi hari.

Ohya, ini dia wajah Aru sesampainya di ruang ingatan, sehabis ngeng-ngeng sama Pakde dan Bude.


 Arunika Kinnas Narasnama

Sehat-sehat selalu ya Nak. Semoga tidak terlalu sering nonton YouTube bebek biar semakin cantik, secantik namamu. Arunika. Penulis Puthut EA sekeluarga ketika awal tahun kemarin singgah ke Sudut Kalisat, dia juga mengamini bila namamu cantik. Kelak di suatu hari ketika kehidupanmu sedang ada di fase bulan tertutup awan, percayalah bahwa itu akan berlalu. Percayalah bahwa kamu adalah fajar, kamu adalah surya di pagi hari. 

TAMASJA NET

0 comments