Bikin Hutan Kecil dengan Metode Miyawaki Forest
Rupanya proses paling sulit bagi saya adalah langkah pertama, ketika sedang mempersiapkan tumbuhan lokal Indonesia. Maka saya memadukannya dengan bibit tumbuhan asing yang tidak invasif, di antaranya adalah satu bibit pohon kopi, serta satu bibit jambu biji Australia yang memang diintroduksi dari Australia.
Di masa perawatannya kelak—dirancang selama 700 hari—hutan kecil ini akan didominasi oleh tanaman lokal. Mulai dari mulsa, semak, perdu, pohon.
Di Kalisat, ada beberapa jenis tumbuhan asing yang invasif karena ketiadaan musuh alami. Di antaranya adalah sembung rambat alias Mikania micrantha. Ketika merambat tak terkendali, ia bisa menutupi pohon mangga dewasa dan membuat si pohon mati. Ada juga rumput minjangan alias Chromolaena odorata. Tumbuhan lokal Texas dan Florida ini bisa hidup subur di tumpukan batu ballast di utara stasiun Kalisat. Saya baca di Mongabay, dulu, rumput minjangan tidak sengaja masuk ke Sumatera kemudian menyebar di Indonesia melalui perdagangan produk pertanian. Ia serupa junggulan alias sintrong alias Crassocephalum crepidioides yang tidak sengaja masuk ke Indonesia karena terbawa dari biji kopi asal Brazil.
Apa yang saya lakukan tentang 'bikin hutan kecil' seperti yang tertulis di atas adalah iseng. Hanya karena ingin tahu apa itu Metode Miyawaki.
Bagi saya, metode yang sudah lama diperkenalkan oleh Prof. Akira Miyawaki adalah menarik. Bikin hutan (aforestasi) dengan menggunakan tumbuhan lokal, dirancang hutan menjadi lebat berlapis-lapis. Penataan jarak tanam sengaja dirancang rapat sekali dari pohon besar (disebut spesies pohon utama), perdu atau sub-spesies, semak, lalu paling bawah adalah tanaman penutup tanah. Keempatnya diharapkan saling berinteraksi, saling menopang, dan tak butuh banyak campur tangan manusia.
Di Indonesia, metode Miyawaki tentang aforestasi (bikin hutan di areal yang sebelumnya bukan hutan) mirip dengan konsep Taman Keanekaragaman Hayati yang digagas oleh Yayasan Kehati.
Keisengan ini rupanya membawa saya untuk mengenal lebih jauh apa saja tumbuhan endemik Indonesia, dan apa saja tumbuhan asing baik yang invasif maupun yang bisa dikendalikan, beserta sejarah yang menyertainya.
Hanya berjarak 16 hari, meskipun masih tampak gersang, koleksi tanaman setempat sudah mulai bertambah. Pot-pot yang tadinya digunakan sebagai pembatas di sebelah kanan foto, kini sudah mulai digeser oleh pagar tanaman hidup. Lubang tanah di sebelah kiri sudah terisi oleh sampah-sampah organik sisa dapur. Saya juga sudah memelihara cacing. Tidak beli jenis cacing tertentu memang, hanya mengumpulkan indukan dari sekitar. Ini penting, sebab merancang hutan sama dengan memelihara tanah.
Catatan saya di Facebook tertanggal 5 Januari 2021, tanpa judul, ia bercerita tentang bagaimana pohon bertumbuh. Akan saya sertakan di sini untuk teman-teman.
APAKAH ANDA PERNAH MELIHAT POHON TUMBUH






