Kehilangan Atmosfer
by
tamasja
- November 12, 2025
IMPA Akasia, 11 November 2025
ATMOSFER adalah lapisan gas yang melindungi bumi. Kehilangan atmosfer sama artinya dengan kehilangan hidup. Tak ada lagi pelindung dari ancaman luar angkasa. Kehidupan akan usai hanya oleh satu meteor yang jatuh. Tanpa atmosfer, bumi hanya akan berubah menjadi lanskap kering, tandus, dan mati. Tak ada lagi lanskap bercakap.
Ketika terjadi perubahan tekanan atmosfer, burung-burung akan berjatuhan karena mengalami disorientasi. Merpati pos menjadi bodoh dan tak tahu arah pulang.
Tanpa atmosfer, apalah artinya Raung. Gunung yang mengikat Banyuwangi, Bondowoso, dan Jember ini akan merana, disorientasi waktu, dan kesepian.
Saya tak sedekat itu dengan Atmosfer. Kami berjarak. Saya menapak tanah, dia di atas langit. Tapi kemarin, 11 November 2025 selepas saya mengisi materi seminar di Ruang Soemarsono di Fakultas Hukum Universitas Jember, saya dan teman-teman kolektif Sudut Kalisat singgah ke sekretariat IMPA Akasia. Hanya ada Raung. Atmosfer baru saja melakukan perjalanan pulang ke Pamulang, Tangerang Selatan.
Ya, ini tentang anggota IMPA Akasia dengan nama lapang Atmo. Atmosfer. Selama ini saya melihat Mikhael Putra adalah konco ngopi bagi Sofyan Maulana. Di pencinta alam Akasia, Sofyan punya nama lapang Raung. Saya pun memanggil mereka dengan nama lapangnya. Raung dan Atmosfer. Sejak kemarin, Raung kehilangan Atmosfer. Dia tentu butuh waktu untuk adaptasi dengan semua ini. Mereka berdua sedang sama-sama menapaki proses hidup selanjutnya, ketika mereka harus ada di pelukan masyarakat. Ibarat pendekar yang telah bertahun-tahun menempa diri di dalam hutan, kini waktunya bagi Atmosfer dan Raung untuk keluar dari hutan, menghadapi dunia kenyataan, belajar bermasyarakat, mencintai orang-orang terkasih di sekitar hidupnya, dan memaknai arti dari sebuah jarak. Benar, berjauhan menciptakan rindu. Tapi itu bukan akhir dunia. Atmosfer hanya sedang pulang, dia tak benar-benar meninggalkan Raung dan IMPA Akasia.





